Pernah merasa kesal dan benci? Tentu pernahkan tapi jangan
berlebihan. Sebab sesuatu yang berlebihan tak pernah baik. Memaafkan orang
lain memang sukar, tapi kita dapat belajar memaafkan. Tulisan ini dibuat supaya kita lebih mudah disukai.
Semua perilaku membutuhkan pembelajaran. Berarti membutuhkan usaha, bukan hanya lalui lisan, melainkan tindakan, perbuatan,
perilaku dan hati. Karena manusia cenderung menyukai apa yang di dalam hatinya
baik. Bila di dalamnya busuk, pantas orang enggan mendekat.
Instrospeksi diri sebelum mencaci, sadar diri sebelum
menghina, dan lihat diri sendiri sebelum meremehkan orang lain. Semoga kita
akhirnya tak jadi melakukan keburukan, sebab ternyata kenyataannya kita memang
tak sebaik itu.
1. Belajar Memperhatikan
Kita perhatikan dengan baik apa yang diucapkan oleh orang
lain. Memperhatikan dengan keseluruhan fokus. Bukan hanya mendengar, masuk
telinga kanan lalu keluar kuping kiri. Tapi mendengar serta belajar
memperhatikan. Padahal dengan mendengar, kita dapat lebih memahami. Ketika
teman bicara, kita sibuk main gawai, berarti kurang bisa menghargai.
Bukankah setiap orang ingin diperhatikan? Membutuhkan
perhatian? Maka perhatikan orang dengan seksama, pelajari yang baik-baik apa
yang disampaikan. Bisa jadi ilmunya akan kita terima. Karena ilmu dapat hadir
dari manapun, kapanpun dan siapapun.
2. Belajar Menyetujui
Terkadang berat mengangguk setuju, terutama bagi pendapat
yang kurang sesuai dengan kata hati dan pendapat kita. Tapi kita bisa belajar
untuk itu. Kita bisa belajar menyetujui pendapat orang lain yang berseberangan.
Bukan menjadi pribadi yang egoistis, melainkan mengalah untuk kepentingan
bersama. Mengalah bukan berarti kalah, tapi menunjukkan bahwa kita kuat,
bersedia menerima pendapatnya itu dengan hati yang lapang.
3. Jujur
Berkata kebenaran dan baiknya perilaku. Bedakan antara jujur
dan polos. Jujur itu ada saringan, sebab ditambah dengan perilaku santun.
Sementara polos tanpa saringan, apa yang A, diucapkannya A, tak jarang
menyinggung hati.
Jujur yang hatinya bersih, perilakunya tulus. Tidak curang,
tidak berpura-pura, ikhlas membantu orang lain. Dengan kejujuran, orang akan
mudah menyukai kita. Sebab kita manifestasi dari pribadi yang manis.
4. Dapat Dipercaya
Lisannya terjaga, omongannya dapat dipegang. Bukankah kita
membenci orang yang bermuka dua? Ketika dia ke si A, omongannya A. Datang ke si
B, bilangnya B. Munafik, itu yang sering diucapkan orang saat marah ketika
dikhianati. Orang munafik dibenci oleh Tuhan dan manusia.
Bagaimana agar kita dapat dipercaya? Kita dapat dipercaya
bila kita memang mampu dalam memenuhi tanggung jawab itu. Perilaku, tindakan,
pikiran kita, tak membahayakan orang lain. Amanah yang diberikan oleh Tuhan,
akan sesuai dengan kemampuan kita. Maka kita berusaha untuk terus meningkatkan
nilai dan kemampuan diri.
5. Berpikir Positif
Ketika ada peristiwa negatif sekalipun menyedihkan hati,
kita dapat belajar bersyukur dan berpikir positif. Sebab dengannya kita dapat
menjadi tegar dan kuat. Ada orang yang selalu berpikir negatif kepada orang
lain. Maka orang seperti ini, hidupnya akan penuh kepusingan. Sebab ia
memikirkan sesuatu prasangka buruk, yang belum tentu benar. Jangan habiskan
tenaga untuk berprasangka buruk pada orang lain. Meskipun terkadang prasangka itu muncul dengan sendirinya. Prasangka buruk pada orang
lain saja tak boleh, apalagi kepada Tuhan?
6. Tersenyum
Tersenyum merupakan kebaikan. Dan balasan dari kebaikan
adalah kebaikan. Siapa yang tak suka melihat senyuman? Ah, apalagi senyumnya
itu manis, bisa-bisa hati kita tertawan olehnya. Sebuah senyuman dapat mengubah
pikiran negatif menjadi positif.
Dengan tersenyum, orang akan merasa nyaman dan hangat
bersama kita. Tersenyum adalah bahasa universal untuk semua orang. Artinya
dengan tersenyum dapat dipahami bahwa, kita ini orang yang baik, tanpa perlu
menunjukkan. Kita ini ramah, tanpa perlu memperlihatkan.
7. Suka Menolong
Menolong berarti meringankan kesusahan, kesulitan, yang
dihadapi orang lain. Membantu orang lain supaya dapat melakukan sesuatu. Jangan
sampai kita menjadi orang yang kalau butuh bantuan mendekat, kalau telah
selesai kemudian pergi. Adanya kalau lagi butuh, ini akan membuat kita dibenci.
Jika ada yang membutuhkan bantuan, dengan sigap kita
bersedia untuk membantu. Agar dapat secara otomatis menolong orang lain, maka
lakukan kebaikan secara terus-menerus. Perilaku itu akan meresap ke dalam
pikiran dan tubuh kita, hingga nantinya tergerak dengan sendirinya menuju
kebaikan, menolong orang lain.
Jangan sampai kita inginnya menang sendiri. Kita inginnya
berhasil sendirian, tidak memperdulikan yang lain, tak ingin membantu yang
lain. Ini perilaku yang membuat kita tak disukai. Bila ingin berhasil, upayakan
keberhasilan bagi orang lain. Bila tahu informasi penting, berikan kepada yang
lain. Jangan pelit, dan inginnya sukses sendiri.
Kita memang tidak bisa menyenangkan hati semua orang, tapi
jangan sampai banyak orang yang membenci kita, sebab lisan, perilaku dan sikap
kita yang jelek. Semoga tulisan ini dapat mengubah kita menjadi pribadi yang
disukai, dan hal itu membutuhkan proses.
Tulisan ini tak bermaksud menyinggung siapapun. Tulisan ini menjadi nasehat bagi diri saya sendiri. Bahagia bukan ditentukan dari luar, tapi dari dalam diri. Semoga tulisan singkat ini dapat bermanfaat untuk kamu.
Tulisan ini telah diterbitkan di Hipwee
Jika ada kritik, saran, pertanyaan dapat dikirimkan melalui email aldirahman108@gmail.com.
0 Comments:
Posting Komentar
Tolong menggunakan bahasa yang baku dan tanpa singkatan, terima kasih.