Ramadan Hari Keduapuluhdua

Selasa, 02 April 2024 0 Comments

 
Photo by Maria Orlova from Pexels

Ketika kita melupakan yang dekat, dan mengingat yang jauh. Sepertinya kita mulai mengingat-ingat pada kenangan ataupun hal yang pernah terjadi dalam hidup. Kilasan entah itu buruk maupun menyenangkan. Sedangkan untuk merasakannya, kadang kita tak terlalu mengingatnya. Cuma nama dan waktu masih teringat, mungkin. Sementara untuk udaranya, ia terus bergerak mencari tempat yang lebih nyaman.


Terkadang ada hal yang lebih baik kita tidak ketahui. Sebab itu bisa jadi lebih baik bagi kita. Saat kita ternyata tahu malah bisa saja memunculkan dendam. Sebab ternyata itu merupakan hal yang menyedihkan. Ataupun itu sesuatu yang enggan untuk dibayangkan. Saat kita tahu justru kita semakin marah dan tidak terima.


Perkataan yang begitu pedas dari orang lain, bisa jadi hal yang baik. Seperti obat yang kalau ditelan pahit, tapi memiliki manfaat baik untuk kesehatan. Seperti dimarahi saat bekerja sebab memang perlu untuk diberikan instruksi. Tapi saat instruksi itu salah dipahami, maka jelas akan ada kemarahan, sebab dapat menghambat pekerjaan. Ada yang menganggap bahwa dimarahi itu jelas merupakan penghinaan yang seharusnya tidak ia terima.


Dimarahi saat bekerja merupakan konsekuensi dari bekerja dengan orang lain. Sebab benturan komunikasi yang belum selaras itu pastinya menimbulkan kekacauan. Ketidaksepahaman dan ketidakcocokan bisa saja menjadi penyebabnya. Tapi jika ia menerima dan mengevaluasi diri, seharusnya ia bisa menjadi lebih baik. Sayangnya kalau dimarahi, generasi sekarang terlalu mudah untuk menyerah dan down. Bertahan dan lalui saja.


Mestinya seseorang tahu bahwa perilaku dan kebiasaan orang itu tumbuh dan berkembang dilingkungannya. Lingkungan masyarakat sekitar seperti apa, keluarganya, dan apa yang ia dapati dari sekitarnya. Jadi bisa saja ia pemarah, karena memang lingkungannya yang tidak mendukungnya, ataupun ia mendapati pengalaman yang membuatnya menjadi demikian. Ia yang tinggal ditempat yang panas, maupun ia yang melihat bahwa orang yang ditakuti itu harusnya marah-marah terus.


Saya pulang bekerja dengan mengamati sekitar. Bahwa orang-orang ternyata banyak yang pulang bekerja dengan perasaan ingin cepat sampai di rumah. Sayangnya waktunya berada di jalan cukup lama. Jadi saya memaklumi jika orang memandangi handphone saat menunggu busway. Tapi ada orang yang mengamati jalanan. Sepertinya ia serupa dengan beberapa orang, termasuk saya, melihat jalanan untuk menjernihkan pikiran. Terima kasih sudah membaca, semoga ada manfaatnya.


 

0 Comments:

Posting Komentar

 

©Copyright 2011 Suka Narasi | TNB