Ramadan Hari Kelima

Sabtu, 16 Maret 2024 0 Comments

 

Gambar oleh Gerd Altmann dari Pixabay

Kini sudah hari kelima Ramadan, tak terasa sudah seperenam dari bulan Ramadan. Waktu yang telah terlewati tidak begitu terasa, sekarang sudah tidak tahu hari apa, tanggal berapa, dan berasa tiba-tiba sudah hari ini. Tiba-tiba sudah terlewati seminggu saja. Waktu yang sedemikian cepat ini, bisa saja karena terlalu lama menggunakan handphone. Saat menggunakan hp, tiba-tiba waktu berjalan cepat. Menunggu satu jam pun bukan masalah. Tapi coba saat tidak menggunakan hp, menunggu satu jam terasa lama.


Oh iya, saya pernah melihat berita bahwa ada seseorang yang membantu warga desa dalam mengalirkan air bersih. Karena membutuhkan alatnya, serta butuh biaya, sehingga ia yang membayarkannya. Akhirnya warga dengan senang hati mendapatkan air bersih. Kemudian beberapa tahun setelahnya ia bergabung dengan suatu partai dan menjadi caleg. Ia berharap dukungan pada warga yang telah dibantunya, sayangnya hanya setengah warga yang mau membantunya dengan memilihnya, yang lain tidak ikut memilih dia. Mereka tidak menyadari bahwa air bersih yang mereka dapatkan selama ini berkat bantuan dari orang tersebut.


Kemudian orang itu marah dan berniat menghentikan bantuannya. Ia menyuruh warga untuk membayar biaya alat itu sendiri. Ia menghentikan kebaikan karena merasa tidak mendapatkan balasan setimpal. Tentunya kita tidak bisa menyalahkannya, tapi bukan berarti tindakannya tepat. Sebab memaafkan jauh lebih baik daripada mempunyai dendam. Tapi sebagai orang biasa, wajar jika kekesalan itu menumpuk. Dan merasa bahwa kebaikan yang selama ini dilakukan harus dibalas. Sayangnya tidak demikian. Kebaikan memang dibalas kebaikan, tapi Tuhan yang menentukan. Tentunya hanya orang-orang yang berhati lapang yang sanggup melakukannya, memaafkan.


Saya mendengar Work Life Trampoline Pandji lagi. Ia mengatakan bahwa komunitas itu penting untuk meningkatkan kemampuan dalam berkarya. Agar menjadi orang yang lebih dikenal. Sebab kita kadang merasa diri berbakat, tapi orang lain tidak. Orang lain tidak mengenal kemampuan kita, tidak tahu karya kita. Bisa saja hanya diri kita yang menganggap bahwa kita memiliki bakat pada suatu hal, tapi orang lain melihat bahwa ternyata kita tidak sebagus itu. Jadi komunitas penting untuk melatih skill, berbagi hal yang sama dengan kesukaan yang serupa, dan sama-sama memberikan feedback untuk berkembang.


Saya pernah membuat komunitas menulis, sayang setelah saya pergi komunitasnya tidak berjalan dengan baik. Saya juga pernah bergabung dengan komunitas blogger, dan hal itu membuat saya menjadi lebih semangat ngeblog. Saya setuju dengan statement tersebut, bahwa komunitas itu memang tempatnya berkembang bersama, menyukai hal yang sama. Even if i fail, saya tetap menyukai menulis. Semoga tulisan singkat ini bermanfaat untuk kamu, and see you later.

0 Comments:

Posting Komentar

 

©Copyright 2011 Suka Narasi | TNB