Ramadan Hari Pertama

Selasa, 12 Maret 2024 0 Comments


Dalam hari-hari biasanya saya selalu naik busway, dan memang agak melelahkan karena tubuh banyak bergerak, apalagi saat berpuasa. Sebisa mungkin berbuka sebelum pulang kerja, karena kalau pulang jam 5-an, nanti azannya dijalan, berbuka diperjalanan.


Memang banyak yang jualan dipinggir jalan, tapi kenapa suasanya beda sama yang dulu ya. Apakah karena saya sudah kerja, dan bukan anak kecil lagi dari segi umur. Ataukah karena dulu libur full selama sebulan, tentunya buat anak sekolahan jadinya jalanan nggak macet. Karena sungguh jalanan macet karena semuanya pada naik motor.


Jadinya banyak yang batuk pilek. Dan karena itulah kita pakai masker. Tapi sayangnya kalau jalan kaki pake masker jadi kayak kehabisan napas. Kemudian busway yang datang tidak menentu jamnya. Kalau pagi dia penuh, kalau sore dia juga penuh as ever. Makanya banyak orang lebih pilih naik motor, selain hemat tenaga, juga bisa nentuin mau jam berapa pulangnya. Busway pulang jam segini, busnya datang sejam kemudian serta penuh terus.


Lalu orang-orang kadang lebih memilih lihat handphone, tidak salah juga sih. Tapi kalau setiap waktu membunuh rasa bosan dan waktu dengan main hp, yah mau bagaimana lagi. Well, I feel a little sad. Sebab orang lebih memilih untuk bermain gadget daripada memperhatikan sekitar. Bahkan anak-anak main game didalam busway, hati-hati pegangan harusnya.


Saya menemukan korelasi antara kemacetan dan budaya orang naik motor. Analisis sederhananya. Orang-orang naik busway untuk menghindari kemacetan, tapi ia tidak siap jika harus menampung sebegitu banyak penumpang, sebab jumlah bus yang terbatas. Dan busway itu rutenya kadang melalui jalan biasa, yang mana hal ini sudah macet duluan sebelum ada busway. Jadi kalau busway bisa menampung lebih banyak penumpang, serta pengaturan yang lebih baik, seharusnya banyak orang yang lebih memilihnya. Sedangkan motor itu sudah pasti bisa didapatkan dengan mudah, dan murah kalau motor bekas.


Ada lagi gorengan dan jajanan yang pastinya akan kita temukan di pinggir jalan. Berbagai gorengan dan es yang siap menemani kita berbuka. Kalau ingin gratis, tinggal pergi ke masjid terdekat. Kalau masjid yang didekatnya orang sultan biasanya dikasih nasi box, dan jajanannya penuh meluber kemana-mana. Kalau masjid yang orang-orangnya kurang dipedulikan, biasanya pada patungan pengurus masjid dan hanya sebagian orang sekitar situ. Makannya bisa nasi plus sayur, dan sedikit gorengan. Tapi ada juga hari-hari dimana makanannya enak, sepertinya ada donatur khusus hari itu, Alhamdulillah, semoga berkah. Sebab orang yang memberi makan bagi orang berbuka, pahalanya dapatnya sama. Pahala pasif income atau amal jariyah.


Bonus foto gorengan dekat Alfa


Oh iya, malam kemarin sudah pasti penuh masjidnya, bahkan sampai tumpah ke jalan. Sayangnya kalau hari-hari biasa tidak demikian. Dan lagi hebat langsung 20 rakaat, bukan main, hehe.. Harusnya latihan dulu nggak sih. Kalau menurut kamu gimana bulan Ramadan ini, apakah akan berlalu dengan cepat seperti bulan-bulan lainnya, adakah suasana yang terasa berbeda? Komen dibawah ya….

0 Comments:

Posting Komentar

 

©Copyright 2011 Suka Narasi | TNB