Ketika saya belajar untuk memahami seseorang, biasanya saya
memperhatikannya dengan seksama. Kenapa orang memilih untuk berbicara demikian
misalnya? Kenapa ia memilih untuk menentukan demikian? Kenapa ia melangkah kesana atau kesitu? Sebab setiap orang memikirkan
tentang dirinya dan apa yang akan dilakukannya. Sebenarnya saya suka melihat
orang-orang pada berjalan kaki, karena saya bisa berpikir sembari mengamati
mereka. Saya ingin tahu apa yang mereka pikirkan, apa yang ingin mereka
lakukan.
Sayangnya lebih banyak orang yang naik motor dibandingkan
dengan yang berjalan kaki. Dan orang yang jualan jadi bingung, sebab orang pada
naik motor langsung lewat saja, enggan mengamati sekitar. Perilaku ini berbeda
tentu dengan yang jalan kaki, sebab ia akan mengamati apa yang ia lewati,
tatkala ia bosan. Sebab jalan kaki bukan secepat naik kendaraan, sehingga ia
bisa memandangi apa yang telah dilewatinya. Selain menyehatkan tubuh juga
menyegarkan pikiran.
Makanya saat ini lebih banyak orang yang tidak tahu apa yang
berada disekitarnya. Tempat makanan yang ada disekitar kediamannya. Orang
lebih memilih melihat Google Maps, untuk mencari tahu apakah ada tempat untuk
berkumpul yang pas dan aesthetic, menyebabkan orang yang ketinggalan teknologi
akan semakin terpinggirkan. Dan membuat orang-orang lebih menyukai hal-hal yang
jauh daripada yang dekat.
Semakin banyak yang berjualan saya lihat. Berjualan
dipinggir jalan. Yang penting jualan, padahal belum tentu ada yang beli.
Masalahnya ia langsung jualan banyak sekaligus. Selang beberapa hari ia tutup. Sebab ia
terlalu berharap bahwa menjual pasti akan ada yang beli, belum tentu. Menjual
belum tentu ada yang beli, sebab pembeli khawatir, ia belum tahu apakah rasanya
cocok, apakah harganya sesuai, apakah kualitasnya baik. Membeli berarti
mencoba, dan mencoba penuh risiko. Mencoba butuh pertimbangan dan tidak bisa
sembarangan. Jadinya kalau ada warung atau tempat makan yang ramai, maka ia
akan membeli disitu. Soalnya sudah terbukti, ada social proof, banyak yang beli,
berarti banyak yang suka.
Kalau banyak disukai, kita dapat dibantu oleh banyak orang.
Disukai oleh teman, rekan kerja, bahkan orang asing sekalipun. Kalau disukai,
maka akan mudah untuk dibantu. Kalau tidak kenal, sulit disukai. Menjadi
disukai memang tidak mudah, sebab ia membutuhkan proses. Untuk meningkatkan
kualitas diri menjadi lebih disukai. Meningkatkan kualitas rasa masakan untuk menjadi
lebih baik. Dan kalau sudah disukai, maka kenyamanan akan datang dengan
sendirinya. Terima kasih sudah membaca, semoga bermanfaat untuk kamu.
0 Comments:
Posting Komentar
Tolong menggunakan bahasa yang baku dan tanpa singkatan, terima kasih.