Ramadan Hari Ketujuhbelas

Kamis, 28 Maret 2024 0 Comments

 
Gambar oleh StockSnap from Pixabay

Ketika saya belajar untuk memahami seseorang, biasanya saya memperhatikannya dengan seksama. Kenapa orang memilih untuk berbicara demikian misalnya? Kenapa ia memilih untuk menentukan demikian? Kenapa ia melangkah kesana atau kesitu? Sebab setiap orang memikirkan tentang dirinya dan apa yang akan dilakukannya. Sebenarnya saya suka melihat orang-orang pada berjalan kaki, karena saya bisa berpikir sembari mengamati mereka. Saya ingin tahu apa yang mereka pikirkan, apa yang ingin mereka lakukan.


Sayangnya lebih banyak orang yang naik motor dibandingkan dengan yang berjalan kaki. Dan orang yang jualan jadi bingung, sebab orang pada naik motor langsung lewat saja, enggan mengamati sekitar. Perilaku ini berbeda tentu dengan yang jalan kaki, sebab ia akan mengamati apa yang ia lewati, tatkala ia bosan. Sebab jalan kaki bukan secepat naik kendaraan, sehingga ia bisa memandangi apa yang telah dilewatinya. Selain menyehatkan tubuh juga menyegarkan pikiran.


Makanya saat ini lebih banyak orang yang tidak tahu apa yang berada disekitarnya. Tempat makanan yang ada disekitar kediamannya. Orang lebih memilih melihat Google Maps, untuk mencari tahu apakah ada tempat untuk berkumpul yang pas dan aesthetic, menyebabkan orang yang ketinggalan teknologi akan semakin terpinggirkan. Dan membuat orang-orang lebih menyukai hal-hal yang jauh daripada yang dekat.


Semakin banyak yang berjualan saya lihat. Berjualan dipinggir jalan. Yang penting jualan, padahal belum tentu ada yang beli. Masalahnya ia langsung jualan banyak sekaligus. Selang beberapa hari ia tutup. Sebab ia terlalu berharap bahwa menjual pasti akan ada yang beli, belum tentu. Menjual belum tentu ada yang beli, sebab pembeli khawatir, ia belum tahu apakah rasanya cocok, apakah harganya sesuai, apakah kualitasnya baik. Membeli berarti mencoba, dan mencoba penuh risiko. Mencoba butuh pertimbangan dan tidak bisa sembarangan. Jadinya kalau ada warung atau tempat makan yang ramai, maka ia akan membeli disitu. Soalnya sudah terbukti, ada social proof, banyak yang beli, berarti banyak yang suka.


Kalau banyak disukai, kita dapat dibantu oleh banyak orang. Disukai oleh teman, rekan kerja, bahkan orang asing sekalipun. Kalau disukai, maka akan mudah untuk dibantu. Kalau tidak kenal, sulit disukai. Menjadi disukai memang tidak mudah, sebab ia membutuhkan proses. Untuk meningkatkan kualitas diri menjadi lebih disukai. Meningkatkan kualitas rasa masakan untuk menjadi lebih baik. Dan kalau sudah disukai, maka kenyamanan akan datang dengan sendirinya. Terima kasih sudah membaca, semoga bermanfaat untuk kamu.


0 Comments:

Posting Komentar

 

©Copyright 2011 Suka Narasi | TNB