Ramadan Hari Ketiga

Kamis, 14 Maret 2024 0 Comments
Gambar oleh Samer Chidiac dari Pixabay


Terkadang memang ada orang yang tidak senang melihat apa yang kita lakukan. Tapi itu bukan masalah, selama kita tidak mengganggu dan berusaha menyenangkan semua orang. Kita bisa berbuat baik, kita bisa tersenyum, tapi bukan sebuah kebohongan. Meski berbohong ada yang untuk kebaikan. Tentunya masih banyak orang benci kebohongan.


Oh iya banyak orang yang berbagi berbuka puasa di jalan, membagikan bungkusan dan minuman. Dengan senyuman ia membagikan. Tak lupa pula berfoto agar dapat dijadikan konten atau bukti. Karena no pict hoax katanya. Padahal apakah memang semuanya butuh dibuktikan dengan gambar? Kan tidak juga, kalau dia biasa jujur.


Hari ini orang-orang mulai ramai, perlahan-lahan kembali semula seperti hari-hari biasa. Busway yang penuh, berdesakan, budaya mengantri yang kadang tidak dimiliki secuil orang. Saya katakan secuil karena memang sangat menganggu. Dia yang baru datang dari belakang, tiba-tiba wuusshh loncat kebagian depan, memang dibilang yang buru-buru duluan, tapi etikanya tidak ada. Minimal kelihatan dulu busnya masih kosong atau tidak, atau petugasnya bilang yang buru-buru boleh maju kedepan, ini malah mau serobot antrian. Kemudian nunggu busway, keluar busway, antriannya kacau balau. Tapi memang sebagian besar masih punya kesadaran untuk tertib. Karena memang tertib itu dibutuhkan demi kedamaian kita bersama.


Saya kadang suka heran sama orang yang kalau naik busway pake headset. Bukan apa-apa, menurut saya awareness saat menggunakan headset menjadi turun sedemikian rupa. Di lingkungan yang banyak orang asing, menggunakan headset, diperjalanan memang agak membosankan. Tapi pake headset itu definitely membutuhkan volume yang besar. Especially dihalte yang berisik, karena motor dan mobil lalu lalang. Pernah ada jemputan bapak-bapak tua memanggil seseorang, saya tidak tahu apakah anak atau keponakannya, tiga kali dipanggil dengan keras ia tidak menyahut, kemudian saya tepuk pundaknya. Baru ia lepas headsetnya. Parah sih menggunakan headset tempat umum.


Berbuka puasa memang sebaiknya di rumah, kalau di masjid tidak apa-apa, tapi biasanya menunya kurang enak. Tentu tergantung dari masjidnya. Saya cuma berasumsi bahwa gorengan akan menjadi yang utama. Biarpun gorengannya asin. Tidak tahu apakah ada garam atau tidak. Es yang dinginnya luar biasa. Kalau ada nasi bagus, kalau tidak ada juga gpp. Biasanya kalau nggak habis, dibagi-bagikan ke orang yang lewat. Dan itu justru bagus sekali, karena akhirnya masjid berfungsi. Bukan cuma sebagai tempat ibadah, tapi juga sosial. Kadang orang ke masjid cuma salat, terus pulang. Jadi esensi masjid seakan terputus dari masyarakat, bagaimana agar terhubung kembali? Masjid dan lingkungan sekitar saling memberikan timbal balik. Masjid memberikan sedekah, ilmu, acara yang bermanfaat, dan lingkungan sekitar mensupport dalam partisipasi maupun dukungan moral dan dana. Semoga masjid-masjid jadi lebih aktif, sehingga setelah bulan Ramadan berlalu akan tetap ramai, demikian. Semoga tulisan ini bermanfaat untuk kamu.

0 Comments:

Posting Komentar

 

©Copyright 2011 Suka Narasi | TNB